Avatar Zulfianto Biahimo

Program Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa.

Inhides melakukan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Sari Tani dan Bontula, Kabupaten Boalemo.

kegiatan sosialisasi oleh pendamping lapangan (Inhides)

Institute for Humanities and Development Studies (Inhides) sebuah lembaga penelitian independen di Gorontalo terhitung sejak Agustus 2023 telah mulai melaksanakan program pendampingan dan pemberdayaan masyarakat desa di kawasan penyangga Suaka Margasatwa (SM) Nantu dan Taman Hutan Raya (Tahura) B.J. Habibie.

 

Program pemberdayaan masyarakat ini telah dijalankan di dua desa yakni di Desa Sari Tani, Kabupaten Boalemo dan Desa Bontula, Kabupaten Gorontalo.

 

Program yang dilaksanakan adalah tentang pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat setempat sebagai pihak yang berkepentingan.

 

Adapun pembiayaan dari Program ini,  didukung oleh Global Environmental Facility-Small Grants Programme (GEF-SGP), sebuah lembaga program yang dinaungi oleh Yayasan Bina Usaha Lingkungan dengan sumber dana hibah dari Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

 

Program Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

Menurut Arif Abbas selaku direktur Inhides mengungkapkan, tujuan dari program pendampingan dan pemberdayaan masyarakat desa ini untuk mengembangkan kapasitas pertanian yang berlandaskan kecerdasan ekologis dan inklusif tanpa adanya perbedaan gender.

 

“Secara umum tujuan program kami adalah untuk mewujudkan pertanian masyarakat berbasis ekologi, berkelanjutan, dan ramah gender lewat kombinasi pengetahuan modern dan pengetahuan lokal,” ujar Arief Abbas, Koordinator Inhides (23/18/2023).

 

Arief juga menjelaskan bahwa program rencananya akan dilaksanakan selama setahun dengan beragam kegiatan.

 

“Kegiatan kami sesuaikan dengan tujuan program, misalnya, kami akan melaksanakan riset partisipatif tentang konflik satwa liar di lahan pertanian, lokakarya lintas generasi tentang Panggoba sebagai bentuk kearifan lokal, dan penguatan kelompok perempuan terkait pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan dan ramah gender”.

 

Inhides memulai program dengan sosialisasi ke dua desa tersebut pada 21 sampai 22 Agustus 2023. Sosialisasi dihadiri oleh unsur pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan petani.

 

“Pada sosialisasi, kami menekankan bahwa yang menjadi subjek utama program ini adalah masyarakat yang berkepentingan, khususnya warga yang memanfaatkan sumber daya di kawasan penyangga,” kata Terri Repi, Koordinator Program (23/18/2023).

 

Terri menambahkan bahwa kawasan penyangga penting, tidak hanya dari sisi ekologis, namun juga bagi masyarakat setempat yang mengelolanya sebagai sumber penghidupan.

 

Jika tidak terkelola dengan baik, maka akan berdampak buruk bagi keberlangsungan ekosistem yang akhirnya juga akan merugikan masyarakat. Namun, menurutnya, masyarakat mempunyai potensi yang besar untuk mengelola sumber daya alam dengan baik.

 

“Masyarakat mempunyai bentuk-bentuk kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan, misalnya Panggoba yang mengatur sistem pengelolaan lahan pertanian,” ujar Terri.

 

Senada dengan hal tersebut, menurut Arif, potensi yang ada di masyarakat adalah modal besar bagi Inhides dalam menyukseskan program.

 

Selain itu, juga ada bentuk-bentuk kerja sama dengan berbagai pihak, baik dari unsur pemerintah, maupun organisasi non-pemerintah yang turut menjalankan program di kedua desa tersebut. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *