Inhides – Laporan Data Bencana banjir Gorontalo merupakan series riset mini dengan memanfaatkan data publik yang tersedia. Data tersebut kemudian kami kumpulkan, analisa, dan visualisasikan dengan memanfaatkan media interaktif untuk memudahkan dan menyebarkan data sesuai dengan topik yang diangkat.
Di bulan Juli, saat intensitas hujan tergolong tinggi, wilayah Kota Gorontalo dan beberapa desa di sekitaran Danau Limboto mengalami musibah banjir yang cukup parah.
Di Kabupaten Bone Bolango, bencana tanah longsor menimpa wilayah pertambangan rakyat dan menewaskan 26 orang. 19 orang lainnya dinyatakan hilang dan jasadnya tidak ditemukan hingga sekarang (Gorontalo, 2024).
Laporan Data Bencana Banjir Gorontalo
Di Kota Gorontalo, sejak hujan deras melanda mulai pukul 13.00 wita, beberapa jalan protokol mulai tergenang banjir. Berselang 2 jam, saat azan Ashar berkumandang, kawasan depan kampus UNG dan Mufidah sampai RRI yang berada Jalan Jenderal Sudirman sudah tidak bisa dilewati kenderaan bermotor.
Pukul 18.00 wita, air mulai meninggi dan mulai mengenangi wilayah kecamatan Kota Selatan, Kota Barat, hingga Kecamatan Dungingi dan Kota Tengah. Hujan deras masih terus berlangsung sebelum akhirnya reda di pukul 23.00 wita.
Masyarakat yang mendiami di kecamatan Kota Tengah dan Dungingi, dibuat terkejut lantaran di bulan Juli kemarin, tempat tinggal mereka tak luput dari banjir. Padahal, 2 Kecamatan itu dianggap daerah yang aman dari banjir lantaran berada di kawasan tinggi.
Data banjir yang terjadi di Kota Gorontalo selama satu dekade menunjukkan, banjir yang terjadi di bulan Juli kemarin merupakan banjir terparah. Hal ini dilandasi dengan temuan data historis banjir yang melanda di kota Gorontalo dari tahun 2014 sampai 2024.
Inhides mengumpulkan sebaran data terkait kejadian banjir yang melanda kota Gorontalo pada bulan juli 2024 silam. Hasil temuan menunjukkan, jumlah keluarahan yang tergenang banjir pada bulan juli kemarin mencapai 46 kelurahan. Angka ini tergolong sangat tinggi, bila dibandingkan dengan kejadian banjir di tahun 2017 yang hanya merendam 5 kelurahan.
Selain itu, hasil analisa spasial Inhides menunjukkan, musibah banjir yang melanda Kota Gorontalo di bulan juli 2024 turut berdampak pada tergenangnya fasilitas pendidikan yang melingkupi ratusan bangunan Sekolah baik di tingkat TK, SD, SMA, hingga perguruan tinggi.
Selain fasilitas pendidikan, terdapat juga puluhan fasilitas kesehatan yang meliputi Puskesmas, Klinik, Puskesmas Pembantu (PUSTU), Apotek, hingga 2 rumah sakit terendam banjir dengan ketinggian bervariasi. Salah satu rumah sakit yang terletak di Jalan Panigoro, akses jalan sempat terputus lantaran ketinggian air mencapai dada orang dewasa.
Fasilitas kesehatan tak luput dari terjangan banjir. Banjir merendam ratusan Rumah Ibadah, puluhan Kantor Pemerintah dan Pasar, sehingga mengakibatkan kerusakan fisik pada bangunan dan aktifitas ibadah, pelayanan publik, hingga peputaran roda ekonomi lumpuh total.
Untuk mengetahui data sebaran fasilitas umum yang terkena dampak banjir, silakan Anda telusuri melalui visualisasi data di bawah ini.
Lebih lanjut, hasil analisa data yang dilakukan Inhides menemukan, berdasarkan sebaran banjir, ketinggian air tertinggi berada di wilayah Kota Barat yang mencapai 130cm. Di Kecamatan Kota Selatan, ketinggian air bahkan mencapai 150cm.
Menurut Mohammad Djufrihard selaku koordinator Posko bencana Gusdurian, NU, dan OMS mengatakan, wilayah Kecamatan Kota Barat dan Kota Selatan terdampak cukup parah dikarenakan dua faktor.
Pertama, wilayah kedua kecamatan ini dilewati aliran Sungai Tupodudu yang merupakan satu-satunya sungai yang berfungsi sebagai pintu keluar dari Danau Limboto. Padahal, Danau Limboto merupakan muara dari 23 sungai dan anak sungai.
Perbedaan rasio yang cukup kontras antara jumlah aliran sungai yang bermuara ke Danau Limboto, dan sungai yang berfungsi sebagai aliran keluar dari Danau Limboto turut memperparah dampak banjir di wilayah Kecamatan Kota Barat.
Ditambah lagi Sungai Telaga bertemu dengan aliran Sungai Topodudu di Kelurahan Potanga. Pertemuan kedua aliran sungai ini akhirnya turut menyumbang ketinggian air di Kecamatan Kota Barat tergolong tinggi.
Kedua, kondisi di Kecamatan Kota Selatan, terutama di wilayah Kelurahan Tenda, terdapat pertemuan aliran sungai Topodudu dan Sungai Bone. selain itu, Sungai Bone yang bermuara langsung ke Teluk Tomini turut menyebabkan ketinggiar air meninggi apalagi ketika air laut dalam kondisi pasang.
Efek Ekspansi Industri Ekstraktif.
Bencana ekologis yang melanda Gorontalo tidak terlepas dari ekspansi industri ekstraktif yang masuk dan beroperasi di Provinsi Gorontalo. Menurut Simpul Walhi Gorontalo, industri ekstraktif turut menyumbang deforestasi yang tergolong masif di Gorontalo (Walhi,2024).
Data FWI menunjukkan, sepanjang kurun waktu 2017–2021 Provinsi Gorontalo mengalami deforestasi akibat konsesi perusahaan tambang dan perkebunan dengan total luasan mencapai 33.492,76 ha (FWI,2024).
Selain faktor deforestasi, di wilayah Kota Gorontalo banyak terjadi alhi fungsi lahan dari semula sebagai lahan pertanian sawah, beralih ke kawasan pemukiman, kantor pemerintahan, dan tempat usaha (Benua, 2024).
Mengenai ekspansi industri ekstraktif di Provinsi Gorontalo, Inhides menemukan sebaran industri ektraktif tersebar merata di Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten Gorontalo, Boalemo, hingga yang paling banyak di Kabupaten Pohuwato.
Industri tambang, Hutan Tanam Energi, dan perkebunan sawit, turut menjadi penyumbang terbesar dalam perubahan kawasan hutan di Gorontalo dengan luasan konsesi yang bervariasi.
Perusahaan dengan ijin konsesi terluas saat ini dipegang oleh PT. BJA yang bergerak dalam industri wood palet. Perusahaan ini memiliki ijin seluas 27.353 Ha.
Selain PT. BJA, PT. Gorontalo Mineral yang bergerak dalam industri pertambangan emas turut berpotensi merusak kawasan hutan dengan ijin konsesi yang dimiliki seluas 24.995Ha.
Untuk mengetahui sebaran data industri ekstraktif di Provinsi Gorontalo, silakan jelajahi melalui visualisasi data peta di bawah ini.
Kerugian Materil
Temuan data Inhides menemukan, musibah banjir yang melanda Provinsi Gorontalo sepanjang bulan juli 2024 turut memakan kerugian materil yang dialami masyarakat Gorontalo.
Hasil analisis Inhides menunjukkan, berdasarkan pembagian wilayah yang mengalami bencana banjir, Data orang dan rumah yang terdampak bencana banjir paling parah terjadi di Kota Gorontalo dengan jumlah orang terdampak sebanyak 41.164 orang dan 4.686 unit rumah terendam banjir.
Adapun wilayah kabupaten Boalemo merupakan wilayah terendah yang terdampak bencana banjir di tahun 2024 silam.
Tinggalkan Balasan